entri

Minggu, 20 Januari 2013

TRADISI SEJARAH Masyarakat INDONESIA MASA PRA AKSARA


A.    TRADISI SEJARAH PADA MASA MASYARAKAT PRA-AKSARA
1.      Tutur
Tutur adalah perkataan, atau bahasa percakapan. Adapun yang dimaksud dalam kaitannya dengan tradisi lisan yaitu tradisi dalam bentuk tuturan, atau tuturan yang sudah berupa tradisi. Tradisi lisan atau tutur yang berkembang pada masa lalu berlangsung dari generasi ke generasi. Pada tiap generasi tuturan itu menyebar dengan luas artinya tuturan itu dikenal dan digunkan oleh banyak orang walaupun berjauhan tempat tinggalnya. Tuturan semacam itu disebut sebagai tuturan rakyat yaitu yang termasuk dalam cangkupan folklore. 
2.      Tari dan Lagu
Tari adalah salah satu cara masyarakat pra aksara mewariskan masa lalunya Karena dengan tari orang bisa mempelajari tentang tradisi masa lampau serta meneruskan kepada generasi berikutnya.
     Dari berbagai jenis nyanyian rakyat, yang dapat dipertimbangkan sebagai salah satu sumber dari penulisan sejarah adalah nyanyian rakyat yang bersifat berkisah (narrative folksong). Nyanyian rakyat yang tergolong dalam kelompok ini adalah balada dan epos. Perbedaan antara balada dan Epos terletak pada tema ceritanya. Tema cerita balada mengenai kisah sentimentil dan romantis, sedangkan cerita Epos atau Wiracarita mengenai cerita kepahlawanan. Keduanya memiliki bentuk bahasa yang bersajak. Nyanyian yang bersifat berkisah ini banyak terdapat di Indonesia. Di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali terdapat Epos yang berasal dari Epos besar Mahabarata dan Ramayana. Nyanyian rakyat di Jawa Tengah dan Jawa Timur juga disebut sebagai  “Gending”. Gending-gending tersebut masih dibagi lagi kedalam beberapa jenis, seperti: Sinom, Pucung dan Asmaradhana. Balada di Jawa Barat diwakili oleh pantun Sunda.

3.      Alat dan Bangunan
Masyarakat pra-aksa telah meninggalkan berbagai macam alat dan bangunan yang sampai kepada kita. Dengan alat bangunan tersebut kita bisa mengungkap kehidupan masa lampau.
4.      Gerabah
Gerabah merupakan benda pecah belah yang terbuat dari tanah liat. Fungsinya sebagai alat rumah tangga. Alat-alat ini sudah ada sejak zaman pra sejarah. Pada zaman bercocok tanam gerbah mulai diciptakan dengan berbagai bentuk untuk melayani berbagai keperluan. Rumah tangga dan ada pula yang digunakan sebagai alat upacara. Ada yang dihias dan ada pula yang tidak dihias. Para peneliti prasejarah sangat memperhatikan temuan gerabah ini karena berbagai bentuk dan hiasannya menggambarkan tradisi budaya yang telah menghasilkannya.

5.      Perhiasan
Dengan ditemukannya perhiasan memberikan bukti bahwa manusia telah gemar dan mampu membuat perhiasan. Pada umumnya bahan untuk membuat perhiasan adalah bahan-bahan yang mudah didapat disekitar tempat tinggal mereka. Misalnya kulit kerang, tanah liat yang dibakar dan manik-manik dari bahan batu. Selain itu batu dan tanah liat perhiasan juga dibuat dari perunggu seperti gelang dan cincin perunggu.

B.     JEJAK SEJARAH DI DALAM SEJARAH LISAN
1.      Folklor
Folklor merupakan tradisi dan kesenian yang berkembang pada zaman sejarah dan telah menyatu dalam kehidupan masyarakat jenis-jenis folklor antara lain sebagai berikut:
a.      Folklor Lisan
·         Bahasa rakyat seperti logat bahasa (dialek), slang, bahasa tabu, otomatis.
·         Ungkapan tradisional seperti peribahasa dan sindiran.
·         Pertanyaan tradisonal yang dikenal sebagai teka-teki.
·         Sajak dan puisi rakyat, seperti pantun dan syair.
·         Cerita prosa rakyat. Menurut William R. Bascom, cerita prosa rakyat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar, yaitu: mite (myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale). Seperti: Malin Kundang dari Sumatra Barat, Sangkuriang dari Jawa Barat, Roro Jonggrang dari Jawa Tengah, serta Jaya Prana dan Layonsari dari Bali.
·         Nyanyian rakyat, seperti: Jali-Jali dari Betawi, Ampar Ampar Pisang dari Kalimantan, dan Olesio dari Ambon.

b.      Folklor sebagian Lisan
     Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial (sosiofact), meliputi sebagai berikut:
·         Kepercayaan dan takhayul.
·         Permainan dan hiburan rakyat setempat.
·         Teater rakyat, seperti: lenong, ketoprak, dan ludruk.
·         Tari rakyat, seperti: Tari Tayuban, Doger, Jaran, Kepang, dan Ngibing, Ronggeng.
·         Adat kebiasaan, seperti: gotong royong dalam pembuatan jalan, rumah atau pesta selamatan, dan khitanan.
·         Upacara tradisional, seperti: tingkeban, turun tanah, dan temu manten.
·         Pesta rakyat tradisional, seperti bersih desa sesudah panen, meruwat, dan selamatan.

c.       Folklor bukan Lisan
Foklor ini juga dikenal sebagai artefak (artifact) meliputi sebagai berikut:
·         Arsitektur bangunan rumah yang tradisional, seperti: joglo, di Jawa,Rumah Gadang di Minangkabau, rumah Beteng di Kalimantan, dan Honay di Papua.
·         Seni kerajinan tangan tradisional.
·         Pakaian Tradisional
·         Obat-obatan rakyat
·         Alat-alat music tradisional
·         Peralatan dan senjata yang khas tradisional
·         Makanan dan minuman khas daerah

2.      Mitologi
Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain  (kayangan) pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita  atau penganutnya. Mitos pada umumnya mengisahkan tentang terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, gejala alam dan sebagiannya. Mitos juga mengisahkan petualangan para dewa, kisah pecintaan mereka, kisah perang mereka, dan sebagainya.

3.      Legenda
Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai suatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dipandang sebagai “sejarah” kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah, maka legenda harus dibersihkan dulu bagian-bagiannya dari yang mengandung sifat-sifat folklor.
Jan Harold Brunvand menggolongkan legenda menjadi empat kelompok, yaitu: legenda keagamaan (religious legends), legenda alam gaib (supernatural legends), legenda perseorangan (personal legends), dan legenda setempat (local legends).

a.      Legenda Keagamaan
Legenda Keagamaan adalah legenda orang-orang yang dianggap suci atau  saleh. Cerita-cerita tersebut dikenal sebagai hagigrafi (legent of the saint) yang berarti cerita mengenai orang-orang suci. Karya semacam itu termasuk folklore karena versi asalnya masih tetap hidup di kalangan masyarakat sebagai tradisi lisan.

b.      Legenda Alam Gaib
Legenda semacam ini biasanya berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang. Fungsi legenda semacam ini adalah untuk meneguhkan kebenaran “takhayul” atau kepercayaan rakyat. Contoh legenda ini yaitu kepercayaan terhadap adanya hantu, gendruwo dan sundel bolong.

c.       Legenda Perseorangan
Legenda perseorangan merupakan cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap benar-benar terjadi. Di Indonesia legenda semacam ini banyak sekali. Di Jawa Timur yang paling terkenal adalah legenda tokoh Panji. Panji adalah seorang putra raja Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur yang senantiasa kehilangan istrinya. Akibatnya, banyak muncul cerita Panji yang temanya selalu perihal istrinya yang menjelma menjadi wanita lain. Cerita Panji yang semula merupakan kesusastraan lisan (legenda), namun telah banyak dicatat orang sehingga mempunyai beberapa versi dalam bentuk tulisan.

d.      Legenda Setempat
Legenda setempat adalah cerita yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat dan bentuk topografi, yaitu bentuk permukaan suatu tempat, berbukit-bukit, berjuarang dan sebagainya. Legenda setempat yang berhubungan dengan nama suatu tempat misalnya legenda Kuningan. Kuningan adalah nama suatu kota kecil yang terletak di lereng Gunung Cermai, di sebalah selatan kota Cirebon, Jawa Barat.

4.      Dongeng
Dongeng merupakan cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak pula yang melukiskan kebenaran, berisi pesan moral atau bahkan sindiran.
Jenis-jenis dongeng yakni sebagai berikut:
a.       Dongeng Binatang
b.      Dongeng Biasa

C.    NILAI NORMA, DAN TRADISI YANG DIWARISKAN DI DALAM SEJARAH LISAN INDONESIA

1.      Nilai Kesusilaan
Nilai-nilai yang dapat diambil dari sejarah lisan adalah norma-norma kesusilaan seperti menghormati orang tua, menghormati yang lebih muda serta sifat unggah-ungguh, andap-asor, sopan santun dan sebagainya.

2.      Nilai Hiburan
Tradisi lisan banyak disebar luaskan dalam kehidupan keluarga seperti bapak bercerita kepada anaknya, kakek bercerita kepada cucunya atau guru kepada muridnya dalam rangka memberikan hiburan/selingan.

3.      Nilai Pendidikan
Selain nilai kesusilaan dan nilai hiburan, tradesilisan dapat memberikan nilai pendidikan seperti:
·         Kwalat kalau nglangkahi (melompati orang tua)
·         Berdosa kalau berbohong.
·         Menghormati/berbakti kepada orang tua dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar